Fundamental
Langkah-langkah & Tahapan Analisis
Fundamental Saham.
Jadi, pada dasarnya ada dua aliran dalam bermain saham,
yaitu value investing yang pokok analisanya adalah fundamental perusahaan dan
satunya lagi aliran growth investing. Aliran yang kedua ini objek analisanya
pada grafik pergerakan harga saham, seperti membaca candle stick, moving
average, pattern dan sebagainya.
Nah, yang jadi bahasan kita kali ini adalah cara analisis
aliran yang pertama di atas, yaitu value investing. Orangnya atau investornya
sendiri disebut dengan value investor, yaitu investor saham yang membeli saham
berdasarkan nilai atau valuasinya.
Satu hal yang pasti, apa yang disampaikan di bawah tentu
tidak bisa selengkap kalau disajikan dengan ebook, buku atau pun video. Nah,
untuk itu ini hanya sekedar ringkasannya saja, selebihnya teman Analis bisa
memiliki Video Tutorial Saham yang telah saya sediakan.
Oke, tidak usah panjang2 prolognya. Kita langsung masuk
ke materinya saja.
Langkah-langkah
dan Tahapan Analisis Fundamental Saham dan Contohnya
Berikut ini tahapan analisis saham yang penulis biasa
lakukan sebelum memutuskan membeli saham untuk jangka panjang maupun pendek.
1. Analisis
laporan keuangan terbaru perusahaannya
Dari sini akan diketahui apakah perusahaan sedang untung
atau tidak, penjualannya naikkah, kasnya bagaimana, dan bahkan hal detail yang
dilakukan perusahaan terkait aktifitas keuangannya.
Pada dasarnya di bagian ini ada tahapannya juga. Kalau
saya sih mulai dari melihat laba bersinya dulu, apakah untung atau tidak.
Sebenarnya gampang sekali kalau mau tau untung atau
tidak. Kalau di laporan keuangan biasanya ditandai dengan tanda kurung yang itu
artinya perusahaan sedang rugi saat itu. Tapi ini sebenarnya kurang penting
saya sampaikan. Hanya karena banyak yang masih bingung jadi saya sampaikan
seperti ini.
Setelah tau untung, bandingkan dengan periode yang sama
di tahun sebelumnya. Maksudnya, kalau sekarang sedang menganalisa laporan
keuangan kuartal 3 tahun 2020, maka perbandingannya adalah dengan kuartal 3
juga di tahun sebelumnya, yaitu tahun 2019. Nah, tinggal hitung selisih
perubahan labanya, apakah naik atau turun atau apakah cukup atau tidak
kenaikannya.
Kalau labanya sekedar naik saja, anggaplah hanya 5%,
sedangkan saham lain yang sektornya sama bisa sampai 20%, maka itu dianggap
kurang menarik untuk dilirik sahamnya. Kalau bisa, minimal kenaikan labanya
dari sebelumnya sebesar 15%.
Setelah tau kondisi labanya, baru beralih ke bagian kas
dan utangnya. Lakukan hal yang sama seperti di atas. Nah, inilah yang dikatakan
sebagai analisa fundamental secara menyeluruh.
Jika sudah tau kondisi kas dan utangnya, kemudian lihat
semua bagian keuangan lainnya, seperti piutang usahanya, laba kotornya, HPPnya,
utang jangka panjang dan pendeknya dan lain sebagainya. Intinya, buat analisis
sedetail mungkin.
2. Lakukan
Analisis dengan Rasio
Kalau yang pertama hanya membandingkan antara laporan
keuangan saat ini dengan periode sebelumnya, maka di tahap analisis fundamental
kali ini dilakukan dengan membuat prebandingan (rasio) antara satu bagian
keuangan dengan bagian lainnya.
Jadi, dalam melakukan analisis saham dengan rasio
keuangan, maka ada 5 jenis kelompok rasio yang harus dianalisis, yaitu rasio
profitabilitas, likuiditas, aktifitas, solvabilitas dan rasio valuasi atau
harga. Nah, dari masing-masing kelompok rasio tersebut terbagi lagi dalam
beberapa rasio keuangan.
Berikut ini adalah pembagian dari masing-masing rasio
yang saya maksud:
A. Rasio
Profit
1. Rasio
Gross Profit Margin
2. Rasio
Operating Profit Margin
3. Rasio
Net Profit
4. Rasio
Return on Total Assets atau Return on Investment
5. Rasio
Retrun Of Equity
6. Rasio
Basic Earning Power
7. Rasio
Return on Capital Ratio
B. Rasio
Likuiditas
1. Rasio
cash ratio
2. Rasio
Current ratio
3. Rasio
Quick ratio
4. Rasio
Cash Turnover
5. Rasio
Working Capital to Total Asset Ratio
6. Rasio
Defensive Interval
C. Rasio
Aktivitas
1. Rasio
Iventory turnover
2. Rasio
receivable turnover
3. Rasio
Average Receivable Collection Period
4. Rasio
total asset turnover
5. Rasio
capital working turnover
6. Rasio
Fixed Assets Turnover
7. Rasio
Payables Turnover
8. Rasio
Payables Payment Period
9. Rasio
Average Inventory Processing Period
10. Rasio
Cash Conversion Cycle
D. Rasio
Solvabilitas
1. Rasio
Debt to Total Asset
2. Rasio
Deptto Equity
3. Rasio
Equity to Assets
4. Rasio
Interest Coverage atau Rasio Times Interest Earned Ratio
5. Rasio
Cash Coverage Ratio
E. Rasio
Evaluasi
1. Rasio
Book Value
2. Rasio
PER
3. Rasio
Book to value
4. Rasio
Dividend Yield
5. Rasio
Dividend Payout
6. Rasio
Price to Sales Ratio
7. Rasio
Price/Earning to Growth Ratio
Mengenai pengelompokan rasio keuangan di atas sebenarnya
masing-masing pakar punya pendapat sendiri. Jadi bisa saja nanti Anda ketemu
artikel yang ternyata rasio yang ada di kategori rasio likuiditas dimasukkan
dalam kelompok rasio profitabilitas. Saya kira sah-sah saja sepanjang rumusnya
tidak berbeda.
Rasio yang tulisannya di-bold di atas itulah rasio yang
penting dalam analisa fundamental saham syariah maupun konvensional. Dan
selebihnya, jika mau melakukan analisis yang lebih detail maka semua bisa
dihitung dan digunakan sebagai tambahan pertimbangan.
Dan buat teman-teman yang masih baru dalam dunia
persahaman, maka saya sarankan untuk memiliki kalkulator saham yang sudah
tersedia di blog ini. (lihat di sidebar atau menu di atas)
3. Hitung
valuasinya
Sebenarnya, kalau soal valuasi sudah saya sebutkan
rasionya di atas, yaitu pada kategori rasio ke lima (poin E).
Rasio valuasi juga banyak, hanya saja yang sering
digunakan hanya rasio PER dan PBV saja. Sekalipun begitu, ada juga yang
mengidolakan rasio harga lainnya seperti rasio PEG atau Price/Earning to Growth
Ratio. Semua punya alasan tersendiri kenapa lebih menekankan rasio tertentu.
Tujuan mengetahui valuasi adalah untuk membandingkan
antara harga pasar dengan nilai buku atau harga sebenarnya saham tersebut dari
data laporan keuangan yang ditampilkan. Tapi lebih jelasnya, silahkan baca
artikelnya di link tersebut.
4. Amati
sektornya
Pada tahap analisa fundamental saham ini sebenarnya sudah
masuk pada analisis eksternal perusahaan, dan bahkan bisa juga sebagai dasar
menentukan timing beli atau pun jual saham yang pas.
Yang ingin diamati dari sisi sektor ini adalah apakah
sektor dari saham yang akan dibeli sedang ‘hot’ atau waktunya lagi ramai
diperdagangkan.
Atau, mungkin sektornya sedang ditinggal banyak trader
atau kurang ‘bergairah’. Nah, pada kondisi seperti ini sebaiknya menjauhi dulu
sahamnya, sekalipun dari segi fundamental dan valuasi baik. Contoh paling
kongkrit untuk kasus seperti ini adalah pada saham-saham konstruksi dan
pertambangan, khususnya batubara. Karena, jika harga batu bara lagi turun atau
mulai downtrend, maka walau fundamentalnya masih baik, biasanya banyak investor
mulai melepas sahamnya dan disaat itulah sahamnya tidak tepat untuk mulai
dikoleksi.
Biasanya, kalau seorang investor kurang tepat memilih
saham yang sektornya lagi lesu maka bisa saja ia akan terjebak di saham
tersebut dalam waktu lama, bahkan sampai tahunan. Penulis juga pernah mengalami
hal yang sama sehingga paham betul bagaimana menganalisa sektor ini.
Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan analisis:
- Kondisi Makro Ekonomi Terbaru
- Berita Terkait
- Valuasi dan Teknikal IHSG
- Timing yang pas waktu membeli
- Waktu tepat menjual saham.
No comments